Informasi Umum Seputar Film Terbaru Paranormal Activity 3 di Bioskop
- Genre: Horror | Mystery
- Tanggal Rilis: 21 October 2011 (USA)
Sutradara, Aktris, dan Aktor Pemain Film Paranormal Activity 3 di Bioskop
- Sutradara: Henry Joost, Ariel Schulman
- Penulis: Christopher Landon, Oren Peli
- Pemain: Chloe Csengery, Jessica Tyler Brown and Christopher Nicholas Smith
- IMDB: http://www.imdb.com/title/tt1778304 | 6.3/10
Saat itu Katie (Chloe Csengery) dan Kristi (Jessica Tyler Brown) memang masih kecil. Mereka mungkin tak benar-benar sadar konsekuensi dari apa yang mereka lakukan saat itu. Saat mereka sudah dewasa, barulah semua itu jadi masalah. Sayang semuanya sudah terlambat.
Semua berawal dari hadirnya Toby, makhluk tak nampak mata yang menjadi teman Kristi. Buat Kristi, Toby adalah seorang sahabat layaknya teman-teman Kristi yang lain, hanya saja tak ada yang bisa melihat Toby selain Kristi. Semua orang mengira Toby hanyalah imaginary friend belaka. Celakanya, Toby ternyata benar-benar ada, hanya saja tak ada yang bisa melihatnya.
Dennis (Christopher Nicholas Smith), kekasih Julie (Lauren Bittner) - ibu Katie dan Kristi - mulai curiga saat ia melihat ada bayangan sosok makhluk yang tertangkap kamera saat debu berjatuhan dari atap. Dennis pun mulai memasang kamera di seluruh penjuru rumah dan ternyata hasilnya sangat mengejutkan. Kejadian-kejadian aneh mulai terjadi dan teror pun terus berlanjut.
Pada dasarnya sejak pertama film PARANORMAL ACTIVITY adalah film yang bergerak sangat lambat. Kalau saja bukan karena penasaran, mungkin film ini sudah jadi sesuatu yang sangat membosankan. Bagaimana tidak, penonton diajak menyaksikan pergerakan cerita lewat viewfinder kamera yang terpasang di beberapa sudut plus handheld camera yang bergerak tak stabil.
Yang membuat PARANORMAL ACITIVITY bagian pertama menarik sebenarnya adalah caranya menyajikan kisah itu sendiri. Karena disajikan dalam format faux documentary, mau tak mau ada kesan bahwa apa yang kita lihat adalah sesuatu yang benar-benar terjadi. Itu juga yang membuat film pertama tadi jadi begitu fenomenal.
Bagian kedua yang juga mengusung format yang sama mulai terasa menjenuhkan. Bukan karena apa, pengulangan format penyajian agaknya mulai mengurangi tensi yang ada. Satu-satunya alasan pembuatan bagian kedua hanyalah usaha untuk mengeruk lebih banyak keuntungan dari tiket bioskop. Tak ada yang baru dari bagian kedua ini, kesan pemaksaan pun terasa kuat karena akhirnya bagian kedua malah jadi prekuel dari bagian pertama.
Yang lebih mengejutkan lagi adalah saat bagian ketiga dibuat. Tak jelas apa alasan studio membuat bagian ketiga yang ternyata malah prekuel dari bagian kedua. Lagi-lagi tak ada yang baru pada bagian ketiga ini dan kesan lambat jadi makin terasa dibanding dua bagian sebelumnya.
Semua berawal dari hadirnya Toby, makhluk tak nampak mata yang menjadi teman Kristi. Buat Kristi, Toby adalah seorang sahabat layaknya teman-teman Kristi yang lain, hanya saja tak ada yang bisa melihat Toby selain Kristi. Semua orang mengira Toby hanyalah imaginary friend belaka. Celakanya, Toby ternyata benar-benar ada, hanya saja tak ada yang bisa melihatnya.
Dennis (Christopher Nicholas Smith), kekasih Julie (Lauren Bittner) - ibu Katie dan Kristi - mulai curiga saat ia melihat ada bayangan sosok makhluk yang tertangkap kamera saat debu berjatuhan dari atap. Dennis pun mulai memasang kamera di seluruh penjuru rumah dan ternyata hasilnya sangat mengejutkan. Kejadian-kejadian aneh mulai terjadi dan teror pun terus berlanjut.
Pada dasarnya sejak pertama film PARANORMAL ACTIVITY adalah film yang bergerak sangat lambat. Kalau saja bukan karena penasaran, mungkin film ini sudah jadi sesuatu yang sangat membosankan. Bagaimana tidak, penonton diajak menyaksikan pergerakan cerita lewat viewfinder kamera yang terpasang di beberapa sudut plus handheld camera yang bergerak tak stabil.
Yang membuat PARANORMAL ACITIVITY bagian pertama menarik sebenarnya adalah caranya menyajikan kisah itu sendiri. Karena disajikan dalam format faux documentary, mau tak mau ada kesan bahwa apa yang kita lihat adalah sesuatu yang benar-benar terjadi. Itu juga yang membuat film pertama tadi jadi begitu fenomenal.
Bagian kedua yang juga mengusung format yang sama mulai terasa menjenuhkan. Bukan karena apa, pengulangan format penyajian agaknya mulai mengurangi tensi yang ada. Satu-satunya alasan pembuatan bagian kedua hanyalah usaha untuk mengeruk lebih banyak keuntungan dari tiket bioskop. Tak ada yang baru dari bagian kedua ini, kesan pemaksaan pun terasa kuat karena akhirnya bagian kedua malah jadi prekuel dari bagian pertama.
Yang lebih mengejutkan lagi adalah saat bagian ketiga dibuat. Tak jelas apa alasan studio membuat bagian ketiga yang ternyata malah prekuel dari bagian kedua. Lagi-lagi tak ada yang baru pada bagian ketiga ini dan kesan lambat jadi makin terasa dibanding dua bagian sebelumnya.
0 comments:
Post a Comment