May 28, 2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sindrom down
merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling banyak terjadi pada manusia.
Angka kejadian pada tahun 1994 mencapai 1.0 - 1.2 per 1000 kelahiran dan pada
20 tahun yang laludilaporkan 1,6 per 1000 kelahiran. Kebanyakan anak dengan
sindrom down dilahirkan oleh wanita yang berusia datas 35 tahun. Sindrom down
dapat terjadi pada semua ras. Dikatakan angka kejadian pada orang kulit putih
lebih tinggi dari orang hitam (Soetjiningsih). Sumber lain mengatakan bahwa
angka kejadian 1,5 per 1000 kelahiran, ditemukan pada semua suku dan ras,
terdapat pada penderita retardasi mental sekitar 10 %, secara statistik lebih
banyak di lahirkan oleh ibu yang berusia lebih dari 30 tahun, prematur dan pada
ibu yang usianya terlalu muda (Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI).
Kejadian sindrom
Down dianggarkan pada 1 setiap 800 hingga 1 setiap 1000 kelahiran. Pada 2006,
Pusat Kawalan Penyakit (Center for Disease Control) menganggarkan kadar
sehingga 1 setiap 733 kelahiran hidup di Amerika Sarikat. Sekitar 95% dari
penyebab sindrom down adalah kromosom 21. Sindrom Down berlaku dikalangan semua
ethnik dan semua golongan tahap ekonomi. memberi kesan kepada risiko kehamilan
bayi dengan sindrom Down. Pada ibu berusia antara 20 hingga 24, risikonya
adalah 1/1490; pada usia 40 risikonya adalah 1/60, dan pada usia 49 risikonya
adalah 1/11. Sungguhpun risiko meningkat dengan usia ibu, 80% kanak-kanak
dengan sindrom Down dilahirkan pada wanita bawah usia 35, menunjukkan kesuburan
keseluruhan kumpulan usia tersebut. Selain usia ibu, tiada faktor risiko lain
diketahui (wikipedia melayu).
Penulis mencoba
membahas tentang asuhan keperawatan kepada anak dengan down sindrom ini.
1.2 Tujuan
Diharapkan mahasiswa memahami dan
mengerti tentang ciri-ciri penyakit ini, selain itu mahasiswa mampu membuat
asuhan keperawatan anak dengan down sindrom.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi
Down syndrome
merupakan kelainan yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang
cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan
mental. Syndrome Down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik
dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom.
Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling
memisahkan diri saat terjadi pembelahan (Wikipedia indonesia).
Sindroma Down
(Trisomi 21, Mongolisme) adalah suatu kelainan kromosom yang menyebabkan
keterbelakangan mental (retardasi mental) dan kelainan fisik (medicastore).
Sindrom
Down adalah kecacatan kromosom bercirikan kehadiran bahan genetik
salinan tambahan kromosom pada keseluruhan trisomi 21 atau sebahagian,
disebabkan translokasi kromosom (wikipedia melayu).
Anak dengan sindrom down adalah
individu yang dapat dikenali dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang
terbatas, yang terjadi akibat adanya kromosom 21 yang berlebihan (Soetjiningsih).
2.2 Etiologi
Penyebab dari Sindrom Down adalah adanya kelainan kromosom
yaitu terletak pada kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinan-kemungkinan :
1) Non
disjungtion (pembentukan gametosit)
a. Genetik
Bersifat
menurun. Hal ini dibuktikan dengan penelitian epidemiologi pada kelurga yang
memiliki riwayat sindrom down akan terjadi peningkatan resiko pada
keturunannya.
b. Radiasi
Menurut Uchida
(dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kembang anak karangan Soetjiningsih)
menyatakan bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan sindrom down adal
ibu yang pernah mengalami radiasi pada daerah perut. Sehingga dapat terjadi
mutasi gen.
c.
Infeksi
Infeksi juga
dikaitkan dengan sindrom down, tetapi sampai saat ini belum ada ahli yang mampu
menemukan virus yang menyebabkan sindrom down ini.
d. Autoimun
Penelitian Fial
kow (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kembang anak karangan
Soetjiningsih) secara konsisten mendapatkan adanya perbedaan antibodi ibu yang
melahirkan anak dengan sindrom down dengan anak yang normal.
e. Usia ibu
Usia ibu diatas
35 tahun juga mengakibatkan sindrom down. Hal ini disebabkan karena penurunan
beberapa hormon yang berperan dalam pembentukan janin, termasuk hormon LH dan
FSH.
f. Ayah
Penelitian
sitogenetik mendapatkan bahwa 20 – 30% kasus penambahan kromosom 21 bersumber
dari ayah, tetapi korelasi tidak setinggi dengan faktor dari ibu.
2) Gangguan
intragametik
yaitu gangguan pada gamet, kemungkinan terjadi Translokasi kromosom 21 dan 15.
3) Organisasi
nukleus yaitu
sintesis protein yang abnormal sehingga menyebabkan kesalahan DNA menuju ke
RNA.
4) Bahan
kimia juga
dapat menyebabkan mutasi gen janin pada saat dalam kandungan.
5) Frekwensi
coitus akan
merangsang kontraksi uterus, sehingga dapat berdampak pada janin.
2.3 Gejala
Klinis
Berat pada bayi
yang baru lahir dengan penyakit sindrom down pada umumnya kurang dari normal,
diperkirakan 20% kasus dengan sindrom down ini lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram. Anak-anak yang menderita sindroma Down memiliki penampilan yang
khas:
1) Bentuk tulang tengkoraknya asimetris
atau ganjil dengan bagian belakang kepalanya mendatar (sutura sagitalis
terpisah).
2) Lesi pada iris mata (bintik
Brushfield), matanya sipit ke atas dan kelopak mata berlipat-lipat (lipatan
epikantus) serta jarak pupil yang lebar.
3) Kepalanya lebih kecil daripada
normal. (mikrosefalus) dan bentuknya abnormal serta Leher pendek dan besar
4) Pada bayi baru lahir kelainan dapat
berupa Congenital Heart Disease (kelainan jantung bawaan). kelainan ini yang
biasanya berakibat fatal di mana bayi dapat meninggal dengan cepat.
5) Hidungnya datar (Hidung
kemek/Hipoplastik) lidahnya menonjol, tebal dan kerap terjulur serta mulut yang
selalu terbuka.
6) Tangannya pendek dan lebar dengan
jari-jari tangan yang pendek dan seringkali hanya memiliki satu garis tangan
pada telapak tangannya. Tapak tangan ada hanya satu lipatan
7) Jarak ibu jari kaki dengan jari
kedua lebar
8) Jari kelingking hanya terdiri dari
dua buku dan melengkung ke dalam (Plantar Crease).
9) Telinganya kecil dan terletak lebih
rendah
10) Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan (hampir semua penderita sindroma Down tidak pernah mencapai tinggi
badan rata-rata orang dewasa)
11) Keterbelakangan mental.
12) Hiper fleksibilitas.
13) Bentuk palatum yang tidak normal
14) Kelemahan otot
Namun tidak
semua ciri – ciri di atas akan terpenuhi pada penderita penyakit sindrom down,
berdasarkan penelitian terakhir orang dengan penyakit sindrom down juga dapat
mengukir prestasi seperti kebanyakan orang yang normal.
2.4 Patofisiologi
Penyebab yang
spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun
beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperkirakan terdapat
perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu
terjadi translokasi kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses
menua.
Pathway
Down Syndrome
Trisomi 21
Perbedaan
karakter fisik
|
Intelegensia
|
Anomaly
Kongenital
|
Masalah
sensori
|
Pertukem
Seksual
|
×
Resiko tinggi Infeksi
×
Resiko Tinggi Cedera
×
Defisit pengetahuan keluarga
|
×
Pertumbuhan tinggi badan & BB
×
Infertile pd pria
×
Penuaan premature, UHH
|
×
Retardasi Mental
×
Kelambatan bahasa
|
Isolasi
Sosial
|
Penyakit
jantung Kongenital
|
×
Kehilangan pendengaran
×
Strabismus
×
Miopia
×
Nistagmus
×
Katarak
×
Konjungtivitis
|
× Isolasi Sosial
×
G3 konsep diri
×
|
×
Resiko tinggi cedera
×
G3 konsep diri
|
2.5 Komplikasi
1. Penyakit Alzheimer’s (penyakit
kemunduran susunan syaraf pusat)
2. Leukimia (penyakit dimana sel darah
putih melipat ganda tanpa terkendalikan).
2.6 Prognosis
44 % syndrom
down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14 % hidup sampai 68 tahun. Tingginya
angka kejadian penyakit jantung bawaan pada penderita ini yang mengakibatkan 80
% kematian. Meningkatnya resiko terkena leukimia pada syndrom down adalah 15
kali dari populasi normal. Penyakit Alzheimer yang lebih dini akan menurunkan
harapan hidup setelah umur 44 tahun.
2.7
Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan
diagnostik digunakan ntuk mendeteksi adanya kelainan sindrom down, ada beberapa
pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:
1. Pemeriksaan fisik penderita
2. Pemeriksaan kromosom (Kariotip
manusia biasa hadir sebagai 46 autosom+XX atau 46 autosom+XY, menunjukkan 46
kromosom dengan aturan XX bagi betina dan 46 kromosom dengan aturan XY bagi
jantan, tetapi pada sindrom down terjadi kelainan pada kromosom ke 21 dengan
bentuk trisomi atau translokasi kromosom 14 dan 22). Kemungkinan terulang pada
kasus (trisomi adalah sekitar 1%, sedangkan translokasi kromosom 5-15%)
3. Ultrasonograpgy (didapatkan
brachycephalic, sutura dan fontela terlambat menutup, tulang ileum dan sayapnya
melebar)
4. ECG (terdapat kelainan jantung)
5. Echocardiogram untuk mengetahui ada
tidaknya kelainan jantung bawaan mungkin terdapat ASD atau VSD.
6. Pemeriksaan darah (percutaneus
umbilical blood sampling) salah satunya adalah Dengan adanya Leukemia akut
menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini
memerlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.
7. Penentuan aspek keturunan
8. Dapat ditegakkan melalui pemeriksaan
cairan amnion atau korion pada kehamilan minimal 3 bulan, terutama kehamilan di
usia diatas 35 tahun keatas
9. Pemeriksaan dermatoglifik yaitu
lapisan kulit biasanya tampak keriput.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk
mengatasi kelainan ini.Pada tahap perkembangannya penderita Down syndrom juga
dapat mengalami kemunduran dari sistim tubuhnya.Dengan demikian penderita harus
mendapatkan support maupun informasi yang cukup serta kemudahan dalam
menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran
perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Hal yang dapat dilakukan antara lain
:
1.
Penanganan
Secara Medis
1. Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut.
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut.
2. Pemeriksaan
Dini
Pendengaran
Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal kelahiran, sehingga dilakukan pemeriksaan secara dini sejak awal kehidupannya.
Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal kelahiran, sehingga dilakukan pemeriksaan secara dini sejak awal kehidupannya.
× Penglihatan
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin oleh dokter ahli mata
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin oleh dokter ahli mata
3. Pemeriksaan
Nutrisi
Pada perkembangannya anak dengan
sindrom down akan mengalami gangguan pertumbuhan baik itu kekurangan gizi pada
masa bayi dan prasekolah ataupun kegemukan pada masa sekolah dan dewasa,
sehingga perlu adanya kerjasama dengan ahli gizi.
4. Pemeriksaan
Radiologis
Diperlukan pemeriksaan radiologis
untuk memeriksa keadaan tulang yan dianggap sangat mengganggu atau mengancam
jiwa (spina servikalis)
2. Pendidikan
a. Pendidikan khusus
a. Pendidikan khusus
Program khus untuk menangani anak
dengan sindrom down adalah membuat desain bangunan dengan menerapkan konsep
rangsangan untuk tempat pendidikan anak-anak down's syndrome. Ada tiga jenis
rangsangan, yakni fisik, akademis dan sosial. Ketiga rangsangan itu harus
disediakan di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Hal ini diharapkan anak
akan mampu melihat dunia sebagai sesuatu yang menarik untuk mengembangkan diri
dan bekerja.
b. Taman bermain atau taman kanak – kanak
b. Taman bermain atau taman kanak – kanak
Rangsangan secara motorik diberikan
melalui pengadaan ruang berkumpul dan bermain bersama (outdoor) seperti :
·
Cooperative
Plaza untuk mengikis perilaku pemalu dan penyendiri.
·
Mini
Zoo dan Gardening Plaza adalah tempat bagi anak untuk bermain bersama hewan dan
tanaman
c. Intervensi dini.
Pada akhir – akhir ini terdapat
sejumlah program intervensi dini yang dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk
memberikan lingkungan bagi anak dengan sindrom down. Akan mendapatkan manfaat
dari stimulasi sensori dini, latihan khusus untuk motorik halus dan kasar dan
petunjuk agar anak mau berbahasa. Dengan demikian diharapkan anak akan mampu
menolong diri sendiri, seperti belajar makan, pola eliminasi, mandi dan yang
lainnya yang dapat membentuk perkembangan fisik dan mental.
3.
Penyuluhan
terhadap orang tua
Diharapkan penjelasan pertama kepada
orang tua singkat, karena kita memandang bahwa perasaan orang tua sangat
beragam dan kerena kebanyakan orang tua tidak menerima diagnosa itu sementara
waktu, hal ini perlu disadari bahwa orang tua sedang mengalami kekecewaan.
Setelah orang tua merasa bahwa dirinya siap menerima keadaan anaknya, maka
penyuluhan yang diberikan selanjutnya adalah bahwa anak dengan sindrom down itu
juga memiliki hak yang sama dengan anak normal lainnya yaitu kasih sayang dan
pengasuhan.
Pada pertemuan selanjutnya
penyuluhan yang diberikan antra lain : Apa itu sindrom down, karakteristik fisik
dan antisipasi masalah tumbuh kembang anak. Orang tua juga harus diberi tahu
tentang fungsi motorik, perkembangan mental dan bahasa. Demikian juga
penjelasan tentang kromosom dengan istilah yang sederhana, informasi tentang
resiko kehamilan berikutnya.
2.9 Pencegahan
Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit sindrom down antara lain :
1. Pencegahan dapat dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil
terutama pada bulan-bulan awal kehamilan (lebih dari 3 bulan). Terlebih lagi
ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan Down syndrome atau mereka yang
hamil di atas usia 35 tahun harus dengan hati-hati dalam memantau perkembangan
janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak dengan Down syndrome
lebih tinggi. Down Syndrome tidak bisa dicegah, karena Down Syndrome merupakan
kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah kromosm 21 yang
harusnya cuma 2 menjadi 3.
2. Konseling genetik juga menjadi
alternatif yang sangat baik, karena dapat menurunkan angka kejadian sindrom
down. Dengan Gene targeting atau Homologous recombination gene dapat
dinon-aktifkan. Sehingga suatu saat gen 21 yang bertanggung jawab terhadap
munculnya fenotip sindrom down dapat di non aktifkan.
BAB III
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a) Lakukan
pengkajian Fisik
b) Lakukan
pengkajian perkembangan
c) Dapatkan
riwayat keluarga, terutama yang berkaitan dengan usia ibu atau anak lain
mengalami keadaan serupa
d) Observasi
adanya manifestasi Sindrom Down:
1. Karakeristik
Fisik (Paling sering terlihat)
·
Tengkorak
bulat kecil dengan oksiput datar
·
Lipatan
epikantus bagian dalam dan fisura palpebra serong (mata miring ke atas dan
keluar)
·
Hidung
kecil dengan batang hidung tertekan kebawah (hidung sadel)
·
Lidah
menjulur kadang berfisura
·
Mandibula
hipoplastik (membuat lidah tampak besar)
·
Palatum
berlengkung tinggi
·
Leher
pendek tebal
·
Muskulatur
Hipotonik (perut buncit, hernia umbilikus)
·
Sendi
hiperfleksibel dan lemas
·
Tangan
dan kaki lebar, pandek tumpul.
·
Garis
simian (puncak transversal pada sisi telapak tangan)
2. Intelegensia
·
Bervariasi
dan retardasi hebat sampai intelegensia normal rendah
·
Umumnya
dalam rentang ringan sampai sedang
·
Kelambatan
bahasa lebih berat daripada kelambatan kognitif
3. Anomaly
congenital (peningkatan insiden)
·
Penyakit
jantung congenital (paling umum)
·
Defek
lain meliputi:
Agenesis renal, atresia duodenum,
penyakit hiscprung, fistula esophagus, subluksasi pinggul. Ketidakstabilan
vertebra servikal pertama dan kedua (ketidakstabilan atlantoaksial)
4. Masalah
Sensori (seringkali berhubungan)
·
Kehilangan
pendengaran konduktif (sangat umum)
·
Strabismus
·
Myopia
·
Nistagmus
· Katarak
·
Konjungtivitis
5. Pertumbuhan
dan perkembangan seksual
·
Pertumbuhan
tinggi badan dan BB menurun, umumnya obesitas
·
Perkembangan
seksual terhambat, tidak lengkap atau keduanya
·
Infertile
pada pria, wanita dapat fertile
·
Penuaan
premature uum terjadi, harapan hidup rendah
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Risiko
tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi
pernapasan
2. Perubahan
nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan
pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.
3. Risiko
tinggi cedera b/d hiperekstensibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial
4. Kurangnya
interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik dan mental yang mereka miliki.
5. Defisit
pengetahuan (orang tua) b/d perawatan anak syndrom down.
3.3 Rencana Keperawatan
1. Risiko
tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi
pernapasan
Tujuan
: pasien tidak menunjukkan bukti infeksi pernafasan
Intervensi:
a) Ajarkan keluarga tentang teknik
mencuci tangan yang baik.
Untuk
meminimalkan pemajanan pada organism infektif
b) Tekankan pentingya mengganti posisi
anak dengan sering, terutama penggunaan postur duduk
Untuk
mencegah penumpukan sekresi dan memudahkan ekspansi paru
c) Dorong penggunaan vaporizer uap
dingin
Untuk
mencegah krusta sekresi dan mengeringnya membrane mukosa
d) Ajarkan pada keluarga penghisapan hidung dengan spuit
tipe-bulb
Karena
tulang hidung anak tidak berkembang menyebabkan masalah kronis ketidakadekuatan
drainase mucus
e) Dorong kepatuhan terhadap
imunisasiyang dianjurkan
Untuk
mencegah infeksi
f) Tekankan pentingnya menyelesaikan
program antibiotic bila diinstruksikan
Untuk
keberhasilan penghilangan infeksi dan mencegah pertumbuhan organism resisten
2. Perubahan
nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan
pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.
Tujuan
: kesulitan pemberian makan pada masa bayi menjadi minimal
Intervensi:
a. Hisap
hidung setiap kali sebelum pemberian makan, bila perlu
Untuk menghilangkan
mukus
b. Jadwalkan
pemberian makan sedikit tapi sering: biarkan anak untuk beristirahat selama
pemberian makan
Karena
menghisap dan makan sulit dilakukan dengan pernapasan mulut
c. Berikan
makanan padat dengan mendorongnya ke mulut bagian belakang dan samping
Karena
refleks menelan pada anak dengan sindrom down kurang baik
d. Hitung
kebutuhan kalori untuk memenuhi energy berdasarkan tinggi dan berat badan
Memberikan
kalori kepada anak sesuai dengan kebutuhan
e. Pantau
tinggi dan BB dengan interval yang teratur
Untuk
mengealuasi asupan nutrisi
f. Rujuk ke
spesialis untuk menentukan masalah makananyang spesifik
Mengetahui
diit yang tepat
3. Risiko tinggi cedera b/d
hiperekstensibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial
Tujuan:
mengurangi
risiko terjadinya cedera pada pasien dengan sindrom down
Intervensi:
a. Anjurkan aktivitas bermain dan
olahraga yang sesuai dengan maturasi fisik anak, ukuran, koordinasi dan
ketahanan
Untuk menhindari cedera
b. Anjurkan anak untuk dapat
berpartisipasi dalam olahraga yang dapat melibatkan tekanan pada kepala dan
leher
Menjauhkan anak dari factor resiko cedera
c. Ajari keluarga dan pemberi perawatan
lain (mis: guru, pelatih) gejala instabilitas atlatoaksial
Memberikan perawatan yang tepat
d. Laporkan dengan segera adanya
tanda-tanda kompresi medulla spinalis (nyeri leher menetap, hilangnya
ketrampilanmotorik stabil dan control kandung kemih/usus, perubahan sensasi)
Untuk mencegah keterlambatan pengobatan
4. Kurangnya
interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik dan mental yang mereka miliki.
Tujuan:
kebutuhan
akan sosialisasi terpenuhi
Intervensi:
a. Motivasi
orang tua agar memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebaya agar
anak mudah bersosialisasi
Pertukem
anak tidak semaikin terhambat
b. Beri
keleluasaan / kebebasan pada anak untuk berekspresi
Kemampuan
berekspresi diharapkan dapat menggali potensi anak
5. Defisit
pengetahuan (orang tua) b/d perawatan anak syndrom down.
Tujuan: orang
tua/keluarga mengerti tentang perawatan pada anaknya
Intervensi:
a. Berikan
motivasi pada orang tua agar memberi lingkungan yang memadai pada anak
lingkungan
yang memadai mendukung anak untuk berkembang
b. Dorong
partisipasi orang tua dalam memberi latihan motorik kasar dan halus serta
pentunjuk agar anak mampu berbahasa
Kemampuan
berbahasa pada anak akan terlatih
c. Beri
motivasi pada orang tua dalam memberi latihan pada anak dalam aktivitas
sehari-hari.
Aktivitas
sehari-hari akan membantu pertukem anak
3.4 Evaluasi
1) Diagnosa 1
· Anak tidak
menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi atau distress pernafasan
2) Diagnosa 2
· Bayi
mengkonsumsi makanan dengan jumlah adekuat yang sesuai dengan usia dan
ukurannya
· Keluarga
melaporkan kepuasan dalam pemberian makanan
· Bayi
bertambah berat badannya sesuai dengan tabel perkembangan
· Keluarga
mendapatkan manfaat dari pelayanan spesialis
3) Diagnosa 3
· Anak berpartisipasi dalam aktivitas
bermain dan berolahraga
· Anak tidak mengalami cedera yang
berkaitan dengan aktivitas fisik
4) Diagnosa 4
· Anak mampu
bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik sehingga anak dapat menjalin
hubungan baik dengan orang lain tidak merasa minder
5) Diagnosa 5
· Keluarga
mengetahui tentang perawatan pada anak dengan Sindrome Down
· Keluarga berpartisipasi aktif dalam perawatan
anaknya
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sindrom Down adalah kecacatan kromosom
bercirikan kehadiran bahan genetik salinan tambahan kromosom pada keseluruhan
trisomi 21 atau sebahagian, disebabkan translokasi kromosom (wikipedia melayu).
Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya
dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya kromosom 21
yang berlebihan (Soetjiningsih).
Penyebab yang
spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun
beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperjirakan terdapat
perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu
terjadi translokasi kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua.
4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan pada anak
dengan syndrome down, seorang perawat harus mempu mengajak keluarga untuk aktif
berpartisipasi dalam setiap kegiatan keperawatan. Hal ini ditujukan untuk
memberikan pendidikan kepada keluarga karena setelah keluar dari rumah sakit
maka keluargalah yang dituntut untuk bisa melakukan perawatan home care.
DAFTAR
PUSTAKA
Wong,
Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan
Pedriatrik Edisi 4. Jakara: EGC
http://link.cd2000.net/cache/?s=http://varyaskep.wordpress.com/2009/01/21/down-syndrom-pada-anak/ diakses pada
04-05-2010: 21.20 WIB